November 27

Toko Buku Gunung Agung memiliki sejarah yang panjang dan menarik dalam dunia bisnis buku di Indonesia. Pendiri toko ini adalah Tjio Wie Tay kelahiran Batavia, 8 September 1927, yang juga dikenal sebagai Haji Masagung. Ia memulai bisnisnya dari sebuah kios sederhana dengan nama Thay San Kongsie, yang menjual rokok, bir, buku, surat kabar, dan majalah bersama-sama dengan Lie Tay San dan The Kie Hoat. Pada tahun 1948, mereka secara resmi mendirikan bisnis mereka dalam bentuk sebuah firma yang dikenal sebagai Firma Tay San Kongsie. Dalam firma tersebut, saham terbesar dimiliki oleh Lie Tay San (40%), The Kie Hoat (27%), dan Wie Tay (33%). Wie Tay dipilih sebagai pemimpin perusahaan ini.

(Tjio Wie Tay – berdiri keempat dari kanan) ketika duduk di kelas V sekolah HCZS di Bogor tahun 1941
Tjio Wie Tay, lahir 8 September 1927, meninggal 24 September 1990

Bisnisnya terus berkembang dan semakin populer. Tjio Wie Tay akhirnya membeli rumah sitaan Kejaksaan pada tahun 1951, di mana rumah ini terletak di Jalan Kwitang Nomor 13, Jakarta Pusat. Rumah tersebut ditata dan juga dijadikan percetakan kecil pada bagian belakang.

Thay San Kongsie

Awal Dari TB Gunung Agung

Usai menikahi Hian Nio pada 13 Mei 1951, Wie Tay berpikir untuk mengembangkan usaha menjadi besar. Dia mengusulkan kepada kedua rekannya untuk menambah modal. Pada tahap selanjutnya, Tjio Wie Tay mendirikan Firma Gunung Agung, yang menjadi importir buku dari luar negeri. Perusahaan ini juga mulai berperan sebagai penerbit buku. Namun Lie Tay San keberatan, dia memutuskan mundur dan tetap dengan toko bukunya di lapangan Kramat Bunder (kini Toko Buku Kramat Bundar).

Tjio Wie Tay menikahi Cheng Hian Nio (Ida Ayu Agung), 13 Mei 1951

Meskipun menghadapi tantangan tersebut, Firma Gunung Agung akhirnya didirikan dan ditandai dengan penyelenggaraan pameran buku di Jakarta pada tanggal 8 September 1953. Dengan modal awal sebesar Rp 500.000, Gunung Agung berhasil mengadakan pameran yang menampilkan 10.000 buku, sebuah jumlah yang luar biasa pada saat itu.

Pameran tersebut menjadi titik awal bagi bisnis Toko Buku Gunung Agung pada tahun 1953. Setahun kemudian, Tjio Wie Tay memimpin inisiatif untuk menyelenggarakan pameran buku yang lebih besar dengan nama Pekan Buku Indonesia 1954.

Tjio Wie Tay atau Masagung (kanan berdiri) pada Pekan Buku Indonesia 1954. Foto/Gunung Agung/commons.wikimedia.

Melalui pameran tersebut, Toko Buku Gunung Agung mulai mengembangkan tradisi penyusunan bibliografi, yaitu daftar lengkap buku dalam bentuk katalog. Untuk melaksanakan tugas ini, Gunung Agung membentuk tim khusus yang dikenal sebagai Bibliografi Buku Indonesia. Tim ini dipimpin oleh Ali Amran, yang menjabat sebagai Kepala Bagian Penerbit PT Gunung Agung.

Pages ( 1 of 3 ): 1 23Next »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *